Thursday, June 21, 2007

Bung Karno Wafat

21 Juni 1970. Hari ini, 37 tahun silam, Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, wafat pada usia ke 69 tahun di Wisma Yaso, Jakarta. Atas permintaan Soekarno sendiri, jenazah Bung Karno dimakamkan di desa Sentul, Blitar, Jawa Timur.

Untuk menghormati jasa dan kontribusi besar Bung Karno bagi negara Indonesia, pemerintah Indonesia menggelar upacara pemakaman secara kenegaraan berikut penghormatan militer. Bertindak selaku inspektur upacara adalah Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal M. Panggabean. Presiden Soeharto sendiri menjadi inspektur upacara pemberangkatan jenazah dari Wisma Yaso.

Kematian Bung Karno menjadi puncak dari serangakain peristiwa yang menjatuhkan Soekarno dari pucuk kekuasaan. Proses kejatuhan dimulai sejak digelarnya kudeta militer yang gagal pada dini hari 1 Oktober 1965. Sejak itu, kekuasaan dan pengaruh Bung Karno pelan tapi pasti kian memudar.

Puncak dari kejatuhan Soekarno terjadi pada Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) 7 Maret 1967. Pada tanggal itulah Ketetapan No. XXXIII/MPRS/1967 dilansir.

Ketetapan itu menyatakan kekuasaan Presiden Soekarno dicabut, gelar Pemimpin Besar Revolusi dicabut dan menetapkan Manifesto Politik (Manipol) tak lagi menjadi Garis-Garis Besar Haluan Negara. Keputusan itu diambil setelah MPRS menolak pidato pertanggungjawaban Soekarno yang berjudul Nawaksara dan pelengkapnya. MPRS juga merujuk pada laporan Soeharto selaku Pangkopkamtib yang menyebut Soekarno telah melansir sejumlah kebijakan yang secara tak langsung menguntungkan G-30 S/PKI dan melindungi tokoh-tokoh G-30 S/PKI.

SI MPRS dengan telak mengakhiri jabatan Soekarno sebagai Presiden yang telah diembannya selama 21 tahun 7 bulan, dari Agustus 1945 hingga Maret 1967. Selama karirnya sebagai Presiden, Soekarno mengalami kuatnya jabatan Presiden selama masa Demokrasi Terpimpin. Soekarno juga mengalami langsung menjadi Presiden tanpa kekuasaan selama berlangsungnya periode Demokrasi Parlementer (1950-1959) dan pada 2 tahun terakhir kekuasaannya (1965-1967).

Oleh pemerintahan yang baru, Bung Karno ditempatkan di Istana Batutulis (Hing Puri Bhima Sakti), Bogor, dengan penjagaan yang ketat. Bung Karno akhirnya mengirim surat ke Presiden Soeharto meminta izin pindah ke Jakarta. Dari sanalah Bung Karno diizinkan menetap di Wisma Yaso, setelah setahun diisolasi di Istana Batutulis.

Bung Karno tak mengalami komplitnya perawatan kesehatan laiknya mantan-mantan Presiden di masa sekarang. Dr. Mahar Madjono, yang pernah memelajari 8 buah buku laporan perawat Bung Karno antara 1967-1970, menyebutkan bahwa Bung Karno hanya diberi obat-obat biasa, seperti misalnya vitamin B-Kompleks. Kesehatan Bung Karno pun tidak ditangani oleh sebuah tim dokter dari beragam spesialisasi, melainkan hanya ditangani oleh dokter umum saja.
Bung Karno menghabiskan hari-hari terakhirnya dalam sebuah pengasingan politik dan mental. Hari-hari terakhirnya betul-betul berada dalam kesunyian dan kesepian yangg nyaris sempurna. Dia tidak hanya dijauhkan dari publik tetapi juga dari keluarganya sendiri. Bahkan anak-anak Bung Karno sendiri dibatasi aksesnya.

Dua hari menjelang kematiannya, pada 19 Juni 1970, Bung Hatta datang menjenguk Bung Karno yang sedang dirawat di RPAD Gatot Subroto. Bung Hatta datang setelah menerima kabar gawatnya sakit yang diidap Bung Karno dan setelah mendapat ijin dari pemerintah. Tidak banyak percakapan yang muncul di antara dua manusia besar yang pernah berduet sekaligus berseberangan itu. Hatta dikabarkan sempat memijat-mijat Bung Karno yang memandangi kawan lamanya dengan mata berkaca-kaca. Keduanya lebih banyak diam.

Suka atau tidak, bersama Hatta, Soekarno adalah proklamator Indonesia. Dialah penghulu dari deretan para founding fathers negeri ini. Dalam beberapa hal, negara Indonesia yang bersatu boleh dibilang sebagai salah satu hasil temuan terbesar Soekarno. Kepada Soekarno-lah, imajinasi ihwal Indonesia yang utuh Sabang sampai Merauke menemukan referensi imajinatifnya.

3 comments:

Anonymous said...

Oi, achei teu blog pelo google tá bem interessante gostei desse post. Quando der dá uma passada pelo meu blog, é sobre camisetas personalizadas, mostra passo a passo como criar uma camiseta personalizada bem maneira. Até mais.

Anonymous said...

Bung Karno dimakamkan di desa Sentul Blitar bukan atas permintaanya sendiri. BK inginnya dimakamkan ditanah Priangan. Jendral Suharto yang memerintahkan untuk dimakamkan di Blitar.

Unknown said...

Negarawan sejati yang terjaga "keperawanannya" dari korupsi di banding penggantinya "pelacur sejati" yang hobi bersenggama dengan korupsi.

_____________________________________ Jurnal