Friday, June 22, 2007

Kebangsaan Boedi Oetomo

23 Juni 1908. Hari ini, 99 tahun silam, harian Bataviaasch Niewsblad yang dipimpin EFE Douwes Dekker memuat surat edaran yang dikeluarkan oleh organisasi Boedi Oetomo. Surat edaran itu bisa dibaca sebagai penjelasan kepada pubik ihwal visi kebangsaan yang hendak dikembangkan Boedi Oetomo.

Di dalam surat edaran itu disebutkan bahwa pembentukan Boedi Oetomo ditujukan untuk “….Bagaimana caranya memperbaiki keadaan rakyat kita, terutama rakyat kecil…. Kami berpendapat untuk mempropagandakan maksud itu langsung kepada orang-orang muda…. Dan sebagai pemimpin-pemimpin yang akan datang dari rakyatnya, mereka akan berusaha sebaik-baiknya untuk kepentingan kesejahteraan negeri dan penduduknya….”

Seperti yang dengan detail ditunjukkan oleh sejarawan Akira Nagazumi dalam Bangkitnya Nasionalisme Indonesia, surat edaran yang ditandatangani sekretaris Boedi Oetomo bernama Soewarno itu secara eksplisit dan ringkas juga menyebutkan bahwa tujuan yang ingin disasar oleh Boedi Oetomo adalah “kemajuan bagi Hindia”, dan bukan hanya untuk bangsa Jawa saja.

Prinsip di atas makin tegas terlihat dalam surat edaran kedua Boedi Oetomo yang secara ekplisit menyebut dirinya sebagai sebuah “Perserikatan Umum di Jawa” atau “Algemene Javasche Bond”, dan bukannya “Perserikatan Jawa”.

Sejarawan lainnya, Abdurrahman Surjomihardjo, juga menegaskan hal yang hampir senada dengan Akira Nagazumi. Dalam bukunya Budi Utomo Cabang Betawi, Abdurrahman Surjomihardjo menegaskan bahwa dalam jangka pendek Boedi Oetomo bertujuan “menyatukan penduduk Bumiputera” dan dalam jangka panjang “membentuk organisasi yang lebih bercorak umum yang tidak memandang ras, jenis kelamin dan kepercayaan”.

Dalam surat edaran yang pertama, para pengurus Boedi Oetomo sangat paham bahwa untuk merealisasikan hal itu bukanlah perkara mudah. Soewarno juga menambahi catatannya dengan menyebutkan hambatan terbesar ada pada masyarakat Jawa yang hierarkis dan feodalistis, yang melahirkan sikap priyayi kecil takut pada priyayi besar, sementara priyayi besar sendiri acuh pada cita-cita kemajuan.

Akira Nagazumi dan Abdurrahman Surjomihardjo membedakan secara tegas Boedi Oetomo seperti yang dibayangkan oleh para pendirinya dengan Boedi Oetomo yang telah diambilalih angkatan tua pada Kongres Boedi Oetomo I di bulan Oktober 1908 di Yogyakarta.

Para pelajar dan mahasiswa yang mendirikan Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, tepatnya pada jam 9 pagi, adalah para pemuda Jawa yang sudah tidak sepenuhnya yakin pada cita-cita kebangsaan Jawa. Visi awal Boedi Oetomo inilah yang berbelok tajam menjadi konservatif setelah angkatan tua seperti Raden Ario Tirtokoesoemo (Regent Karanganyar) berhasil menjadi Ketua Umum.

Keberadaan orang-orang seperti Tjiptomangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat dalam struktur kepemimpinan Boedi Oetomo tetap saja gagal memertahankan visi awal Boedi Oetomo yang terbuka dan berorientasi seluruh warga Hindia-Belanda.

Kepengurusan yang didominasi angkatan tua itulah yang melahirkan Anggaran Dasar Boedi Oetomo yang secara eksplisit menyatakan bahwa Boedi Oetomo hanya meliputi dan diperuntukkan bagi “warga Jawa dan Madura saja”. Hanya setelah momen Kongres Boedi Oetomo I itu sajalah tuduhan bahwa Boedi Oetomo tak lebih dari organisasi yang berniat melanggengkan dominasi bangsa dan kebudayaan Jawa baru bisa diterima.

Namun, Boedi Oetomo yang bergerak ke arah konservatisme itulah yang bisa dibilang menjadi salah satu pemicu terpenting yang melahirkan Sarekat Islam dan Indische Partaij, dua organ yang berhasil membuat arus pergerakan nasional menjadi lebih radikal. Boedi Oetomo sendiri baru bisa kembali menerima prinsip kebangsaan yang terbuka bagi seluruh warga Hindia beberapa saat menjelang digelarnya Kongres Pemuda II pada Oktober 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda.

Menyadari dan mencermati visi awal para pendiri Boedi Oetomo yang berubah drastis setelah diambilalih para priyayi dari angkatan tua inilah yang bisa menempatkan posisi Boedi Oetomo secara lebih fair dan proporsional.

***

No comments:

_____________________________________ Jurnal