Wednesday, July 4, 2007

PNI

4 Juli 1927. Hari ini, 80 tahun silam, Perserikatan Nasional Indonesia didirikan di Bandung dengan Soekarno sebagai ketua umum. Pada Mei 1928, Perserikatan Nasional Indonesia makin menegaskan perjuangan politiknya dengan mengubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).

Cikal bakal PNI bisa dilacak dari Algemeene Studieclub (Kelompok Belajar Umum) yang didirikan Soekarno pada 1925 di Bandung. Algemeene Studieclub yang terinspirasi oleh kelompok studi yang didirikan Soetomo di Surabaya ini didirikan oleh dan untuk kalangan mahasiswa, terutama mahasiswa Technische Hogeschol (Sekolah Tinggi Teknik). Algemeene Studieclub akhirnya menjadi sebuah organisasi yang sifatnya politis.
Dalam kelompok inilah Soekarno banyak menggelar diskusi-diskusi yang amat penting dalam pembentukan pandangan politiknya, terutama ihwal “persatuan nasional”. Dari diskusi-diskusi inilah Soekarno mendapatkan bahan-bahan untuk artikelnya yang terkenal ihwal persatuan antara golongan nasionalis, Islam dan marxis.

Gagasan persatuan yang punya kecenderungan eklektik itu pula yang diadopsi Soekarno dalam program-program PNI yang ia dirikan bersama kawan-kawannya yang aktif di Algemeene Studieclub.
PNI adalah partai yang memilih menggunakan cara non-kooperasi dan pengorganisasian massa. Inilah partai politik penting pertama yang beranggotakan orang-orang bumiputera, semata-mata mencita-citakan kemerdekaan politik, berpandangan kewilayahan dengan batas-batas yang meliputi seantero kekuasaan pemerintah Hindia Belanda dan berterusterang mengusung ideologi “nasionalisme yang sekuler”.

Dengan memasang program pengorganisasian sebanyak-banyaknya massa, diasuh oleh semangat membangun persatuan massa dan mencoba menghindari rentang perbedaan pandangan dengan ideologi lain, PNI melaju dengan cepat sebagai partai politik yang didukung oleh anggota yang melimpah ruah.

Bakat pidato Soekarno dan kemampuan Soekarno dalam memahami bahasa rakyat jelata dan menyampaikan gagasan-gagasan politiknya juga dengan bahasa yang dipahami rakyat jelata, menjadi salah satu faktor determinan dari tumbuhnya PNI sebagai partai dengan massa yang melimpah.
Pada bulan Mei 1929, PNI telah memiliki cabang-cabang di hampir seluruh kota-kota besar di Jawa dan satu cabang di Palembang. Pada tahun yang sama, PNI juga mengklaim memiliki 3.860 orang anggota (sebagian besar di Bandung, Batavia dan Surabaya). Pada akhir 1929, PNI melaporkan bahwa anggotanya sudah berlipat menjadi 10 ribu orang.

Di awal-awal pendirian PNI, Soekarno sudah berhasil merealisasikan gagasannya ihwal persatuan nasional dengan memelopori terbentuknya Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Selain PNI, wadah ini diikuti oleh Partai Sarekat Islam, Boedi Oetomo, Study Club Surabaya, serta sejumlah organisasi kedaerahan.

Namun, Soekarno akhirnya harus menyadari bahwa perbedaan tujuan, ideologi dan cara perjuangan adalah sebuah kenyataan yang tak terbantah. PPPKI akhirnya benar-benar tak terselamatkan setelah Soekarno dan pimpinan PNI lainnya ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah pada akhir 1930. PNI sendiri akhirnya dibubarkan pada 1931 menyusul ditolaknya banding Soekarno di pengadilan.
Toh Soekarno tetap bergeming. Sekeluarnya dari penjara, imajinasi akan persatuan nasional yang melintasi perbedaan ideologi tetap ia pelihara dan perjuangan. Itulah sebabnya usai keluar dari penjara ia bersikukuh untuk mencoba memersatukan Partindo yang dipimpin Sartono dan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru) yang dipimpin Hatta-Sjahrir.

Arti penting PNI dalam sejarah pergerakan kebangsaan terletak pada program partai tersebut yang gigih dan terus terang dalam mengupayakan terbangunnya sebuah front persatuan yang melintasi batas-batas ideologi dan cara perjuangan.

Soekarno memang berada paling depan dalam ikhtiar yang cukup sulit direalisasikan pada masa yang sudah menampakkan kompleksitasnya.

No comments:

_____________________________________ Jurnal